PENDEKATAN,
JENIS, DAN METODE
PENELITIAN
PENDIDIKAN
Latar Belakang
Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh Pengawas Satuan Pendidikan adalah mampu
melakukan penelitian. Hal ini karena pekerjaan pengawas adalah sebuah profesi
yang menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan terus menerus sejalan
dengan perkembangan pendidikan di lapangan. Setiap bidang pekerjaan selalu
dihadapkan pada permasalahan yang selalu berkembang, baik berupa fenomena yang
mengundang tanda tanya, maupun kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan. Permasalahan tersebut menuntut jawaban dan solusi yang dapat dipertanggung
jawabkan. Kedudukan pengawas sebagai pembina para guru dan kepala sekolah, mengharuskan
dia memiliki kesiapan memberikan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi.
Ia dapat saja mengandalkan pengalaman, baik dirinya sendiri maupun orang lain,
mengambil teori dari buku-buku, atau bahkan mengandalkan intuisi. Hal ini tentu
tidak selamanya memuaskan, karena yang dituntut darinya adalah professional
judgement yang dapat dijadikan acuan. Penelitian merupakan suatu bentuk
kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan atau kebenaran. Ada dua teori
kebenaran pengetahuan, yaitu teori koherensi dan korespondensi. Teori koherensi
beranggapan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai dan tidak bertentangan
dengan pernyataan sebelumnya. Aturan yang dipakai adalah logika berpikir atau
berpikir logis. Sementara itu teori korenspondensi berasumsi bahwa sebuah
pernyataan dipandang benar apabila sesuai dengan kenyataan (fakta atau
realita). Untuk menemukan kebenaran yang logis dan didukung oleh fakta, maka
harus dilakukan penelitian terlebih dahulu. Inilah hakikat penelitian sebagai
kegiatan ilmiah atau sebagai proses the acquisition of knowledge.
Dalam perkembangannya, terdapat berragam pendekatan, jenis serta metode
penelitian sesuai dengan paradigma keilmuan serta realitas gejala yang hendak
diungkap. Untuk dapat memilih pendekatan dan/atau metode yang tepat, seseorang
dituntut memahami substansi keilmuan/bidang kajian dan metodologi penelitian.
Hal ini tentu sangat dibutuhkan oleh pengawas, yang dalam tugasnya selalu
dihadapkan pada persoalan pendidikan baik pada kawasan institusional maupun
teknis operasional. Atas dasar inilah maka materi pendidikan dan latihan ini
penting untuk disampaikan.
PENDEKATAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Berdasarkan
pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar dapat dibedakan dua macam
penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan
tersebut memiliki asumsi, tujuan, karakteristik, dan prosedur yang berbeda.
Namun demikian, permasalahannya tidak terletak pada keunggulan atau kelemahan
setiap pendekatan, tetapi sejauh mana peneliti mampu bersikap responsif dengan
mengembangkan desain yang tepat untuk penelitiannya. Pembahasan berikut ini
tidak bermaksud mempermasalahkan kebenaran atau kekurangan kedua pendekatan
penelitian melainkan untuk menguraikan perbedaan-perbedaan mendasar antara penelitian-penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan penekanan pada
penelitian kualitatif (mengingat pendekatan penelitian kualitatif jarang
dilakukan), serta kemungkinan untuk menggabungkan kedua pendekatan penelitian
tersebut.
Penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif telah lama mendominasi tidak hanya pada
penelitian ilmu-ilmu alam tetapi juga ilmu ilmu sosial. Prinsip-prinsip
teoretis penelitian kuantitatif yang salah satunya adalah mengkonstruksikan
pengetahuan pada prosedur eksplisit, eksak, formal dalam mendefinisikan konsep serta
mengukur konsep-konsep dan variabel (Poerwandari, 1998). Namun, terdapat
beberapa peneliti sosial yang melakukan penelitian kualitatif berpendapat bahwa
fenomena-fenomena sosial sangat unik sehingga sulit dibakukan berdasarkan
pengukuran tertentu bahkan dapat menghilangkan makna yang sesungguhnya.
A. Penelitian
Kuantitatif
Beberapa
penjelasan sebelumnya mengemukakan bahwa penelitian ilmiah adalah proses yang
sistematis. Maknanya penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu
yang bersifat tetap dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam
penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan pedoman peneliti untuk melakukan
penelitian dengan cara yang benar. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian
hanya dengan cara mengumpulkan data dan menganalisisnya, tetapi penelitian
harus berawal dari penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahap-tahap
selanjutnya. Proses penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi tahapan
perumusan masalah, telah teoretis, verifikasi data, dan kesimpulan. Tahap-tahap
ini berlaku untuk pendekatan kuantitatif.
Pendekatan
kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry)
yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism)
yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran,
hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002). Fokus penelitian
kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara
ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat
diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk
menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari
variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
(untuk meramalkan suatu gejala). Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen
(alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Analisis data
dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan
hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol,
instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan
penelitian secara akurat. Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang
diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan
kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel
sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian kuantitatif
memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan
tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula
statistik yang akan digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka. Terdapat sejumlah situasi yang menunjukkan
kapan sebaiknya penelitian kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain:
1.
Bila
masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan, aturan dengan
pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan impelementasi
atau tantangan dengan kemampuan. Masalah ini harus ditunjukkan dengan data,
baik hasil pangamatan sendiri maupun pencermatan dokumen. Misalnya penelitian
kuantitatif untuk menguji efektivitas pembelajaran dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa, maka data prestasi belajar siswa sebagai masalah harus
ditunjukkan.
2.
Bila
peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Penelitian
kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak
mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut. Misalnya penelitian tentang disiplin kerja
guru di Kabupaten Bandung. Peneliti dapat mengambil sampel yang representatif,
tidak berarti harus semua guru di kabupaten Bandung menjadi sumber data
penelitian.
3.
Bila
ingin diketahui sejauh mana pengaruh perlakuan/ treatment terhadap subyek
tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
Misalnya penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual
terhadap prestasi belajar siswa.
4.
Bila
peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat
berbentuk dugaan mengenai hubungan antar variabel (hipotesis asosiatif) ataupun
perbedaan skor variabel antar kelompok (hipotesis komparatif). Misalnya
peneliti ingin mengetahui perbedaan antara disiplin kerja guru laki-laki dengan
guru perempuan. Hipotesis komparatif yang diuji adalah: “Terdapat perbedaan
disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan”. Contoh lain misalnya
peneliti ingin mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru.
Hipotesis asosiatif yang diuji dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan
antara motivasi kerja dengan kinerja guru”.
5.
Bila
peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris
dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ guru pada sekolah tertentu, maka
dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap guru-guru pada sekolah yang
bersangkutan.
6.
Bila
peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan tentang kebenaran
pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya peneliti ingin
mengetahun variabel yang lebih efektif apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi
atau penugasan. Dalam hal ini, peneliti harus mengukur hasil belajar siswa yang
menggunakan metode diskusi dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode
penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran tersebut dibandingkan.
B. Pendekatan
Penelitian Kualitatif
Membuat batasan
atau definisi tentang penelitian kualitatif memang tidak mudah, mengingat
banyaknya perbedaan pandangan yang ada. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
dalam penelitian terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata,
2005). Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat
ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya
dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji
perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena
sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian penelitian kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Pembahasan
sebelumnya telah menjelaskan penelitian dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk
mendapatkan hipotesis, kemudian melakukan verifikasi data empiris, dan menguji
hipotesis berdasarkan data empiris, serta menarik kesimpulan atas dasar hasil
pengujian hipotesis. Untuk itu, peranan statistika sangat diperlukan dalam
proses analisis data. Penelitian pendidikan akhir akhir ini sudah mulai memusatkan
perhatian kepada konsep-konsep yang timbul dari data. Dengan demikian perhatian
bukan kepada angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun pada
konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa empiris dapat
menghasilkan suatu konsep. Konsep-konsep yang timbul dari data empiris dicari
hubungannya untuk membentuk teori. Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan
lima ciri pokok sebagai karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Memiliki
sifat deskriptif analitik
3. Tekanan pada
proses bukan hasil
4. Bersifat
induktif
5. Mengutamakan
makna
Penelitian
kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat
kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh
pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya
tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. Misalnya
peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti
harus mendatangi suatu sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan
peran kepala sekolah dalam pembinaan guru baik itu dari kepala sekolah, guru,
maupun dokumen sekolah.
Penelitian
kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan
lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk
dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data
aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa
pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan
bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan
menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi
mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin
mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, berdasarkan data/informasi
yang ada peneliti harus mampu menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan
guru, langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan guru, serta
bagaimana respon guru terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Tekanan
penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk
mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses
mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja.
Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur,
alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan
pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa
intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi
angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu
proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai
suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi
pembinaan yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan
serta bagaimana cara pembinaan dilaksanakan. Penelitian kualitatif sifatnya
induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi
dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan,
mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat,
menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan
dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak
dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak
mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat.
Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan
dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif
yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti
peran kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus berusaha menemukan
prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta. Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep
yang terkait dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep
berdasarkan fakta dari lapangan. Penelitian kualitatif mengutamakan makna.
Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa.
Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti
memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya.
Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan
dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru
gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti
mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan
mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari
partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat
menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri
di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori
yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan
alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui
pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih
mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi
tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan
situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti
cukup lama berada di lapangan.
METODE
PENELITIAN PENDIDIKAN
Metode
penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain
penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan
penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam
penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum
penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga
pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:
1. Urutan kerja
atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
suatu
penelitian?
2. Alat-alat
(instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun
dalam
mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis
data?
3. Bagaimana
melaksanakan penelitian tersebut?
Jawaban atas
ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutanurutan
pekerjaan yang
terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat
membantu
peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan
serta
mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian.
Metode
penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau
langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta
dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya
terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan
sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah metode
penelitian yaitu sebagai berikut
1.
Penelitian
Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif.
2.
Penelitian
Deskriptif yang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
3.
Penelitian
Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan
dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
4.
Penelitian
Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu obyek
5.
Penelitian
Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi
suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
6.
Penelitian
Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali
7.
Penelitian
Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab
akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat
diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian
8.
Penelitian
Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan
pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai
pembanding.
9.
Penelitian
Tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan
baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.
McMillan dan
Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang metode penelitian dengan
mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu kuantitatif dan kualitatif .
Banyaknya jenis
metode sebagaimana dikemukakan di atas, dilandasi oleh adanya perbedaan
pandangan dalam menetapkan masing-masing metode. Uraian selanjutnya tidak akan
mengungkap semua jenis metode yang dikemukakan di atas tetapi membahas secara
singkat beberapa metode penelitian sederhana yang sering digunakan dalam
penelitian pendidikan.
A. Penelitian
Deskriptif
Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang
diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel. Penelitian
deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan
masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni
pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari
menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel
yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat
menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.
2.
Menentukan
jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan
informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah
dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi
kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka
seperti.
3.
Menentukan
prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni
instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana
informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul
data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut
lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh
informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang
tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin
dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar
diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian harus dirumuskan sekhusus mungkin
sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4.
Menentukan
prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah
diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu
masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu
diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5.
Menarik
kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti
menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut
dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara
keseluruhan.
Studi kasus pada
dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala
sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti
mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam,
artinya mengungkap semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus
tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa
individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam
kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Untuk mengungkap persoalan kepala
sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan
pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan
kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari
berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik
memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara,
analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang
dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan
satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik
kesimpulan kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan
oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Kelebihan studi
kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara
mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus
bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu
yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada
individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas
penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya
hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui
penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan
temuan studi kasus.
C. Penelitian
Survei
Penelitian
survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah masalah pendidikan
termasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah
mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi).
Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei
yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan
pendidikan, survei biasanya mengungkap permasalahan yang berkenaan dengan
berapa banyak siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah
siswa rata-rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi
yang telah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan
sebagai dasar perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada
tahap selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara
variabel tersebut. Survei dapat pula dilakukan untuk mengetahui
variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan
lain-lain. Misalnya persepsi kepala sekolah terhadap otonomi pendidikan,
persepsi guru terhadap KTSP, pendapat orangtua siswa tentang MBS, dan
lain-lain. Peneliti dapat mengukur variabel-variabel tersebut secara jelas dan
pasti. Informasi yang diperoleh mungkin merupakan hal penting sekali bagi
kelompok tertentu walaupun kurang begitu bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Survei dalam pendidikan
banyak manfaatnya baik untuk memecahkan masalah masalah praktis maupun untuk
bahan dalam merumuskan kebijaksanaan pendidikan bahkan juga untuk studi
pendidikan dalam hubungannya dengan pembangunan. Melalui metode ini dapat
diungkapkan masalah-masalah aktual dan mendeskripsikannya, mempelajari hubungan
dua variabel atau lebih, membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria
yang telah ditentukan, atau menilai efektivitas suatu program.
D. Studi
Korelasional
Seperti halnya
survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah
studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni
sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam
variabel lain. Derajat hubungan variabelvariabel dinyatakan dalam satu indeks
yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan
besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Studi korelasi
yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah
variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut,
agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya
peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya berhubungan
dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang ada kaitannya
(misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll) diukur, lalu
dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat
hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah. Kekuatan hubungan antar
variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya
bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran
yang diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil
pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan
hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif
menunjukkan hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0
untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel.
Makin besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negatif,
makin besar kekuatan hubungan antar variabel.
Misalnya,
terdapat korelasi positif antara variabel IQ dengan prestasi belajar;
mengandung makna IQ yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang tinggi;
dengan kata lain terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar.
Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel
akan diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya, terdapat
korelasi negatif antara absensi (ketidakhadiran) dengan prestasi belajar;
mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar
yang rendah; dengan kata lain terdapat ketidaksejajaran antara absensi dengan
prestasi belajar. Dalam suatu penelitian korelasional, paling tidak terdapat
dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Di samping
itu dapat pula dianalisis hubungan antara dari tiga variabel atau lebih. Makna
suatu korelasi yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal.
Pertama, kekuatan hubungan antar variabel, kedua, signifikansi statistik
hubungan kedua variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan
dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol
berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu
menunjukkan kuatnya hubungan. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap besar
kecilnya koefisien korelasi adalah keterandalan instrumen yang digunakan dalam
pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu
sukar untuk anak bodoh akan menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh
karena itu instrumen yang tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan
mampu mengungkapkan derajat hubungan yang bermakna atau signifikan.
E. Penelitian
Eksperimen
Penelitian
eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun
hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan
metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu
kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen,
peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang
tidak mendapatkan perlakuan. Karakteristik penelitian eksperimen yaitu:
1.
Memanipulasi/merubah
secara sistematis keadaan tertentu.
2.
Mengontrol
variabel yaitu mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya
manipulasi
3.
Melakukan
observasi yaitu mengukur dan mengamati hasil manipulasi.
Proses
penyusunan penelitian eksperimen pada prisnsipnya sama dengan jenis penelitian
lainnya. Secara eksplisit dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Melakukan
kajian secara induktif yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan
2.
Mengidentifikasikan
permasalahan
3.
Melakukan
studi litelatur yang relevan, mempormulasikan hipotesis penelitian, menentukan
definisi operasional dan variabel.
4.
Membuat
rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel yang tidak diperlukan,
menentukan cara untuk mengontrol variabel, memilih desain eksperimen yang
tepat, menentukan populasi dan memilih sampel penelitian, membagi subjek ke
dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai, mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5.
Melakukan
kegiatan eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok eksperimen)
6.
Mengumpulkan
data hasil eksperimen
7.
Mengelompokan
dan mendeskripsikan data setiap variabel
8.
Melakukan
analisis data dengan teknik statistika yang sesuai
9.
Membuat
laporan penelitian eksperimen.
Dalam penelitian
eksperimen peneliti harus menyusun variabel variabel minimal satu hipotesis
yang menyatakan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang terjadi.
Variabel-variabel yang diteliti termasuk variabel bebas dan variabel terikat
sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Dalam bidang
pembelajaran misalnya yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas antara
lain: metode mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan,
sarana-prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah
kelompok belajar. Sedangkan yang diidentifikasikan variabel terikat antara
lain: hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa.
F. Penelitian
Tindakan
Penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh
para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh
pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan
keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area
yaitu: (1) Untuk memperbaiki praktek; (2) Untuk pengembangan profesional dalam
arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya;
(3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut
dilaksanakan.
Penelitian
tindakan bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan
langkah pemecahan terhadap masalah. Langkahlangkah pokok yang ditempuh akan
membentuk suatu siklus sampai dirasakannya ada suatu perbaikkan. Siklus pertama
dan siklus-siklus berikutnya yaitu: (1) penetapan fokus masalah penelitian, (2)
perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi
dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan (5) perencanaan tindak lanjut.
Mengingat besarnya manfaat penelitian tindakan dalam bidang pendidikan, uraian
spesifik akan dijelaskan dalam materi tersendiri.
G. Metode
Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi
atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang
dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat
dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau
perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran
di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software),
seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di
kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan,
pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan
lain-lain. Penelitian dalam bidang pendidikan pada umumnya jarang diarahkan pada
pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan
baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta
praktek-praktek pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode
penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan
penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil
penelitian dasar yang bersifat teoretis dengan penelitian terapan yang
bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan
penelitian dan pengembangan. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan,
terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif,
evaluatif, dan eksperimental.
Penelitian
deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (1) Kondisi produk-produk yang
sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan
dikembangkan, (2) Kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya
sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya); (3) Kondisi
faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk
yang akan dihasilkan, mencakup unsur pendidik dan tenaga kependidikan,
saranaprasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan di mana produk tersebut
akan diterapkan.
Metode
evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam proses uji coba
pengembangan suatu produk. Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian
uji coba dan pada setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi
hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan pada hasil uji coba
diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode
eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan.
Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi
pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok
pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok
eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random.
Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan
tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan.
Analisis dan Pembahasan
Metode
penelitian terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna,
penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih
banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dibandingkan hasil. Oleh karena
itu urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung kondisi dan banyaknya
gejala-gejala yang ditemukan
Metode
Penelitian pendidikan terdiri dari 6 metode diantaranya penelitian deskriptif,
studi kasus, penelitian survei, studi korelasional, penelitian eksperimen, dan
R&D. Metode penelitian dalam bidang pendidikan dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk bahan dalam merumuskan kebijaksanaan
pendidikan bahkan juga untuk studi pendidikan dalam hubungannya dengan
pembangunan misalnya digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
langkah-langkah guru mengajar, untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang
tidak disiplin, menilai efektivitas suatu program, ingin mengetahui
variabel-variabel mana (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik,
dan sebagainya) yang sekiranya berhubungan dengan kompetensi profesional kepala
sekolah dan lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut metode penelitian cukup
penting dalam bidang pendidikan.
Sumber :