KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” yang diajarkan oleh Bapak Prasetyo Bonifasius. Tema penugasan yang diberikan adalah “Masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari”
Melalui penugasan ini diharapkan agar mahasiswa/i dapat memahami lebih dalam tentang ilmu sosial dasar yang pada nantinya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu manfaat yang dapat dirasakan adalah memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan dalam pemahaman ilmu sosial dasar.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan manfaat serta memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca.
Bekasi, 12 Januari 2016
Penyusun
BAB I
1.1 Latar Belakang
Mempelajari ilmu sosial dasar sangatlah penting, terutama bagi mahasiswa. Karena merupakan salah satu usaha untuk memberi bekal, yang dapat diharapkan memberi pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala – gejala sosial agar persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar. Mahasiswa lebih perduli terhadap lingkungannya dan dapat meyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial tersebut. Mempelajari ilmu sosial dasar dapat dilakukan dengan pendekatan diri kita kepada lingkungan dan bersosialisasi pada orang sekitar.
1.2 Perumusan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas adalah salah satu contoh masalah sosial tentang faktor apa saja yang mendukung , akibat yang ditimbulkan dari masalah sosial dan solusi untuk menyelesaikan masalah sosial tersebut.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembahasan makalah harus memiliki batasan, agar dapat dikerjakan dengan baik dan sesuai target. Permasalahan tersebut dibatasi oleh beberapa aspek diantaranya :
1. Penelitian masalah bersumber dari masalah sosial dalam kehidupan kita sehari-hari
2. Pembuatan makalah hanya didukung oleh hasil penelitian dan internet.
1.4 Tujuan
ISD itu materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial. mengajak manusia berpikir luas dan menghasilkan kepribadian yang baik terutama bagi mahasiswa, dapat mempermudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan memahami masalah-masalah sosial
BAB II
2.1 Studi Kasus
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah sosial yang berada disekitar kita, yang berkelompok maupun yang bersifat individual, contohnya yang akan saya bahas adalah anak dibawah umur yang dipekerjakan.
Pada siang hari diperempatan lampu merah, terdapat seorang anak yang sedang menjual tissue ke mobil-mobil yang sedang berhenti. Padahal seharusnya anak itu tidak layak untuk bekerja, disebabkan dia masih dibawah umur yang seharusnya dia diselimuti kasih sayang orang tua, yang seharusnya pula menikmati bangku sekolah, diterik matahari dan hujan dia harus mengelilingi mobil-mobil yang sedang berhenti untuk mencari uang. Hal tersebut dapat mengakibatkan diantaranya hilangnya waktu bermain, terhambatnya tumbuh kembang dan fasilitas kesehatan, kurangnya istirahat dan rekreasi, dan eksploitasi waktu.
Padahal sudah terdapat larangan untuk mempekerjakan anak-anak dibawah umur yaitu terdapat pada undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya terdapat pada pasal 68 , 69, 70, 71, 72, 73, dan 74.
2.2 Faktor Penyebab munculnya anak-anak dibawah umur yang dipekerjakan
a. Faktor Ekonomi
Kondisi faktual banyaknya anak yang bekerja tidak dapat dilepaskan dari permasalahan ekonomi keluarga, berdasarkan informasi yang dihimpun dari hasil wawancara dengan anak yang bekerja tersebut diperoleh informasi bahwa sebagaian besar anak yang bekerja di sektor informal menyatakan, bahwa sebenarnya alasan bekerja karena terpaksa untuk memperoleh tambahan penghasilan guna membantu membiayai kebutuhan keluarga, khususnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Berdasarkan informasi yang diperoleh anak yang bekerja rata-rata berasal dari keluarga yang tidak atau kurang mampu secara ekonomi. Sebagaian besar anak-anak yang bekerja ini orang tuanya berpenghasilan kecil dan tidak menentu, dan kondisi demikianlah yang memaksa anak bekerja tanpa memilih dan memilah jenis dan resiko pekerjaan, dengan harapan yang penting dapat memperoleh tambahan penghasilan untuk membantu orang tua, atau setidak-tidaknya untuk membantu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, dan kalau memungkinkan juga untuk membantu keluaganya. Di samping itu dari faktor ekonomi ini juga sangat di pengaruhi oleh konteks ekonomi lokal, yang memberikan peluang bagi anak-anak untuk bekerja. Pada satu daerah tertentu memiliki karakteristik usaha yang hampir seragam, kenyataannya perekonomian lokal yang dilakukan
b. Faktor Orang Tua
Di samping fator ekonomi, salah satu penyebab anak bekerja adalah faktor keluarga, sebab keluarga merupakan komunitas pertama yang membentuk anak baik secara mental, dan kepribadian, bahkan keluarga merupakan tempat utama bagi anak dalam memperoleh hak-hak dasar mereka sebagai anak. Faktor keluarga yang paling dominan menentukan seorang anak boleh bekerja atau tidak adalah orang tua, sebab orang tua merupakan orang yang pertama berhubungan langsung dengan anak. Orang tua ibaratnya mewakili semua kepentingan, hak, kewajiban dan tanggung jawab dari anak-anaknya, sehingga pada akhirnya orang tualah yang harus menentukan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh anak-anaknya yang masih di bawah umur.
c. Faktor Budaya (Kebiasaan)
Anak yang bekerja untuk membantu keluarganya mencari nafkah dinilai sebagai bentuk kepekaan, dan empati seorang anak dalam melihat persoalan keluarga. Semakin banyak pengorbanan yang diberikan seorang anak kepada orang tuanya, maka semakin besar pula pahala yang didapatkan. Pemikiran demikian memang masih diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh masyarakat atau komunitas pedesaan tertentu. Pemikiran seperti ini juga menyebabkan timbulnya dorongan terhadap anak yang dengan sendirinya akan sadar dan ikhlas melakukan pekerjaannya dengan senang hati, yaitu dengan mendapatkan label-label sebagai anak yang baik, rajin, saleh, berbakti kepada orang tua, dan lain sebagainya.
d. Kemauan Sendiri (Kemandirian)
Dari beberapa responden mengungkapkan bahwa alasan mereka bekerja adalah untuk lebih meningkatkan kemandiriannya, tidak tergantung lagi dengan orang tua dalam hal pemenuhan kebutuhannya, selain itu bisa membeli apa yang mereka inginkan. Faktor inilah yang mungkin termasuk penyebab seorang anak bekerja disebabkan oleh faktor daya tarik yang ditawarkan oleh pemilik usaha atau kegiatan produksi tersebut.
e. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dalam hal ini dimaksudkan sebagai lingkungan sosial anak yang bekerja di luar lingkungan keluarga, seperti teman, tetangga, kerabat atau saudara dekat dari anak tersebut. Keterlibatan anak yang bekerja tidak sedikit yang disebabkan oleh adanya pengaruh teman-temanya, baik teman tetangga yang sebaya, maupun teman-teman yang sekolah yang lebih dulu bekerja untuk membantu orang tuanya mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, di samping itu mereka juga mendapatkan uang saku untuk jajan.
f. Faktor Hubungan Keluarga
Di samping beberapa faktor penyebab anak bekerja, tidak dapat dipungkiri adanya faktor lain yang mendorong anak bekerja, yaitu dorongan atau ajakan dari sanak saudara. Pada umumnya faktor saudara atau kerabat ini dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi orang tua anak yang bekerja, atau ekonomi keluarga yang pas-pasan, meski kedua orang tuanya sudah bekerja, tetapi belum mencukupi kebutuhan keluarga. Melihat hal semacam ini kerabat atau keluarga dekat lazimnya menawarkan kepada anak untuk ikut bekerja bersamanya dengan alasan untuk ikut membantu ekonomi keluarga. Namun juga tidak tertutup kemungkinan saudara yang mengajak anak untuk bekerja adalah saudara atau kerabat yang lebih mampu secara ekonomi, dan memiliki usaha, baik dalam skala kecil, maupun skala menengah. Bahkan kemungkinan juga yang meminta bekerja adalah anak yang bersangkutan, atau orang tua dari anak yang bersangkutan, dengan alasan untuk menambah penghasilan keluarga, atau sekedar untuk melatih anak untuk bekerja.
2.3 Penyelesaian/ Solusi
Setelah melihat kejadian diatas, saya mencoba untuk memaparkan pembahasannya menurut saya. Munculnya anak yang dibawah umur yang sudah dipekerjakan itu dapat disebabkan banyak faktor yaitu faktor ekonomi, orang tua, kebiasaan, kemauan sendiri, lingkungan, hubungan keluarga.
Padahal sebaiknya anak tersebut lebih baik belajar terlebih dahulu sampai umurnya mencukupi untuk bekerja sehingga dia pun sudah memiliki kemampuan atau keahlian untuk bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya anak tersebut diberikan pengarahan untuk mengubah pola pikirnya dan lakukan hal yang sama juga untuk kedua orang tuanya. Dan untuk masyarakat sekitar yang melihat sebaiknya melaporkannya kepada polisi agar dapat ditangani lebih lanjut oleh pemerintah dan dapat diberi pengarahan.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Pekerja anak dan memperkerjakan anak sulit dihindarkan karena banyaknya faktor-faktor yang mendukung dintaranya faktor ekonomi, orang tua, kebiasaan, kemauan sendiri, lingkungan, hubungan keluarga walaupun sudah terdapat larangan pada undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah dan masyarakat dapat saling membantu dalam melakukan pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Kemudian pekerja anak dan yang mempekerjakan anak diberikan pengarahan agar dapat merubah pola pikrnya agar tidak melakukannya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/otherjournal/refleksihukum/Refleksi%20Hukum%20-%20Edisi%20April%202011-Netty.pdf